Minggu, 06 Mei 2012

KAMILA

    "Ayah sudah tiada..", lirih Kamila merasakan perih. Kekhawatirannya terjawab. Kalau dulu dia selalu bertanya-tanya dalam hati bagaimana kalau ayah tiada, kalau ayahku tidak ada lagi bagaimana nasibku kelak?
Dua pekan terlewati tanpa ayah disisi. Walau usia bukan dikata muda namun Kamila yang selama ini merasa terlindungi dengan sosok ayah tanpa ingat dia harus mempunyai pendamping hidup yang adalah penting untuk mendampingi suka duka hidupnya.
     Ayah, pada siapa aku lagi berlindung? Siapa lagi yang akan aku panggil ayah? Kemana lagi aku kalau rindu ingin melihat ayah? Sampai hari engkau pergi pun aku tidak melihat wajah apalagi untuk bisa memelukmu? Kalau aku takut pada siapa aku mengadu dan menangis? Siapa lagi yang akan menyabarkan aku dikala aku tersudut ataupun tidak tersudut? Siapa lagi yang akan kubuatkan teh, kusiapkan makanan, dan kutunggu pulang? Ayah, aku sangat - sangat menyesal tidak bisa melihat ayah pada saat ayah butuh aku di samping ayah.. Aku sangat-sangat menyesal tidak mendampingi ayah di hari akhir ayah. Aku sangat-sangat menyesal tidak melihat wajah ayah sebegitu lama dan terakhir hari ayah di dunia fana ini. Ayah.., Kamila beruraian air mata manakala teringat lagi almarhumah ayah yang sangat menyayangi putri bungsunya ini, yang Kamila pun sangat menyayangi ayahnya itu. Kalau tidak ingat Allah yang pemilik jiwa setiap hambanya, kalau tidak mengingat Allah yang memang sayang pada ayahnya maka begitu cepat ingin ayahnya tidak bersusah payah lagi di dunia fatamorgananya.., Kamila tak kuasa menanggung pedih ditinggal ayahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar